the power of mindset artinya
ThePower of Kepepet, Kunci Bangkit di Masa Pandemi. 'The power of kepepet' seharusnya bisa menjadi slogan di masa-masa sulit saat ini. Dengan segala keterbatasan dan permasalahan yang ada, harus bisa dijadikan semangat untuk kembali bangkit dari keterpurukan. Motivator sekaligus Co-Founder dari sejumlah perusahaan yang berada di bawah naungan
Iniya teman2 Artinya Angels Number Biar Tahu dan yang mau Belajar ️ Angels Number Apakah itu Angels Number? Istilah ini utk menjelaskan
ThePower of Positive Mindset. Bentangkan dan berikan tindakan positif, maka Anda akan menerima yang positif. Hadirkan dan berikan hal-hal dan tindakan yang negatif, maka Anda akan mendapatkan yang negatif. Oleh Yodhia Anthariksa. Jarum jam berputar, roda kehidupan pun terus berkelana. Di sela-sela perjalanan waktu, kita punya sekeping angan
THEPOWER OF MINDSET Senin,08 Maret 2021. BACAAN ALKITAB HARI INI Filipi 4:6-8. BACAAN NDC BIBLE STUDY Nahum 3. AYAT HAFALAN Ingat, hal ini harus menjadi mindset (pola pikir) yang artinya tidak hanya muncul saat keadaan sesuai harapan saja, justru mindset yang positif akan bekerja lebih efektif ketika keadaan tak sesuai harapan, sebab "Jika
Postentang mindset apa artinya yang ditulis oleh konsultanmanajemenusaha. Jasa - Konsultan Manajemen Bisnis & Pemasaran Surabaya | Call - 0818521172 , 081252982900 (Wa) THE POWER OF DATABASE CUSTOMER; Ide mindset tetap vs. bertumbuh berasal dari karya psikolog Stanford, Carol Dweck, yang dia sintesis dalam Mindset: The New
Rencontres Franco Américaines De Musique De Chambre. Man’s Search For Meaning, by Viktor Frankl, is a book that’s always struck me like a punch to the gut because the story is so dark yet so real and so recent in terms of the timeline of human history. In reading it again more recently, it lit up like a signal fire of meaning and context for life as I reflect on my own journey leading a creative company. Austrian neurologist and psychotherapist Viktor Frankl viewed life through a different lens than most. On September 25th, 1942, Frankl and his family were taken prisoner by Nazi Germany and spent more than three years in concentration camps, including Auschwitz. During this time, Frankl examined how he and other prisoners faced endless life-defining challenges every day, often every hour. It’s hard to imagine a more stressful, heart-wrenching daily experience. Despite these conditions, Frankl was relentless in his quest to determine why some survived and some didn’t - why some persevered and some gave up hope. With curiosity, he explored why humans behave differently when up against challenges, or in this case, the most horrific conditions imaginable. Somehow, Frankl was able to zoom out and reframe everything around one singular, critical question facing every human What is the meaning of life itself? As Frankl frames the concept, life is a constant and continual prompt, through which having meaning is the most vital component. And if we choose to pay attention, we will find life is constantly knocking at our door, presenting choices, offering possibilities, seeking some kind of choice or decision. In nearly every moment of every day, life stands before us, seeking a response. If only we’re awake enough to see it. More importantly, Frankl found that some responses actually produce better outcomes. He discovered that when one’s response is grounded in purpose and meaning - with a positive, optimistic mindset - it nearly always increases the odds for better results. He found this was the defining difference between those most likely to survive the death camps and those less likely to persevere. Frankl wrote, "Everything can be taken from a man but one thing the last of the human freedoms - to choose one’s attitude in any given set of circumstances, to choose one’s own way." Let that sink in for a moment A positive mindset can literally open up better possibilities and increase the odds of better results. This is Frankl’s case for defaulting to optimism. It’s about responding to whatever life may bring you with positivity. We’re talking about choosing your mindset, despite life’s circumstances. It’s the glass-half-full approach. Looking at the bright side. Seeing the best in people. Fighting away dark thoughts. Resisting negative self-talk. Not participating in gossiping and complaining. Always bringing your best self to any situation. Frankl also wrote, "Between stimulus and response there is a space. In that space is our power to choose our response. In our response lies our growth and our freedom. In our response lies the opportunity for something better." Make no mistake In everything, we have a choice. Every human being possesses the power to choose how they'll respond to life. But isn’t it curious how frequently we don’t? As humans today, it seems far too often we're going through life unconsciously - cruising along on autopilot, unable to recognize the choice and power we possess. Even if we're awake enough to recognize our choices, we’re often blocked or frozen by dark forces like negative self-talk, worst-case-scenario thinking, complaining, succumbing to a victim mindset or getting caught up in the destructive nature of worry, gossip and perpetuating false narratives. It's especially critical for leaders today to remain awake and positive, and to avoid the constant undertow of critical voices, stress and negativity. As Brené Brown has pointed out from a Theodore Roosevelt speech, our critics in the cheap seats don't matter much. It's only those who are brave enough to enter the arena with us, who are truly worthy of our attention. In my work as the leader of a creative company, I encounter all kinds of people, including those who default to worst-case-scenario thinking - frozen inside their own minds, operating from a closed and defensive, second-guessing and complaining, fear-based mindset. Unfortunately, I’ve found many just can’t seem to help it. It’s as if they’re hardwired this way from birth. We all know people like this - those unable to visualize the upside or imagine positive outcomes. For a moment, consider Viktor Frankl and his experience in the death camps. Now, consider your own life and how you behave under stress and crisis. What mindset are you choosing to bring to your work, family and life? Consider Frankl’s theory that when life is grounded in meaning, life has more upside, more possibilities. And when we bring our best self into challenging situations - with an optimistic and positive mindset - the likelihood of achieving better outcomes actually increases. There are many impactful practices and resources available for mindset. For perspective, Man's Search for Meaning is a good place to start. In my journey, I've found choosing my mindset first thing in the morning to be transformational. My simple formula is this, which anyone can do I read and contemplate my own personal purpose, core values, life goals and intentions first thing when I wake up. Then, I meditate, exercise and read something enriching. I also keep a mini-journal reflecting on my state of being, celebrating gratitude and stating my No. 1 objective for the day, No. 1 challenge for the day and any other reflections and affirmations worth noting. A light, healthy breakfast completes the routine. A simple morning ritual provides a clear orientation - priming the mindset for whatever life may bring your way, each and every day. Forbes Agency Council is an invitation-only community for executives in successful public relations, media strategy, creative and advertising agencies. Do I qualify?
Growth mindset adalah salah satu pola pikir yang harus dimiliki jika ingin sukses dalam karier. Namun, apakah kamu sudah paham maksud dari istilah yang satu ini? Jika dilihat secara harfiah, growth mindset adalah pola pikir yang berkembang. Jadi, pemilik pola pikir yang satu ini tidak akan mau diam dan ingin selalu belajar banyak hal. Penasaran dengan pembahasan growth mindset lebih dalam? Berikut ini Glints persiapkan rangkumannya hanya untukmu. Yuk, disimak! Definisi Growth Mindset © Dilansir dari Thomas Edison State University, Carol Dweck pertama kali mengenalkan dua istilah pola pikir yaitu growth mindset dan fixed mindset lewat bukunya yang berjudul Mindset The New Psychology of Success. Dari buku tersebut, psikolog di Stanford University tersebut menyebutkan bahwa growth mindset adalah salah satu kunci untuk mendapatkan suatu kesuksesan. Artinya, individu yang memiliki growth mindset adalah mereka yang akan selalu percaya bahwa bakat yang dimilikinya selalu dapat dikembangkan. Pengembangan bakat tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara misalnya dengan kerja keras, menggunakan strategi yang tepat saat bekerja, hingga mendengarkan masukan dari orang lain. Hal ini memiliki arti bahwa orang yang memiliki growth mindset akan berpikir bakat yang dimilikinya sejak lahir adalah sebuah permulaan. Jadi bakat tersebut tidak akan menjadi patokan kesuksesannya. Mereka akan selalu belajar demi mendapatkan banyak keterampilan baru yang akan membantunya mendapatkan kesuksesan dalam karier. Salah satu hal menarik dari pemilik growth mindset adalah mereka tidak akan takut gagal. Bahkan, kegagalan sering disebut sebagai hambatan menuju kesuksesan yang harus ditaklukan. Hal itu sangat berbeda dengan pemilik fixed mindset yang lebih mengandalkan pada bakat untuk meraih kesuksesan. Dilansir dari Education Reform, Carol Dweck menyebutkan bahwa pemilik fixed mindset adalah orang-orang yang percaya dengan kualitas dasarnya seperti bakat dan kecerdasan yang bersifat tetap. Jadi, biasanya mereka akan menghabiskan waktu untuk mendokumentasikan dan memamerkan kecerdasannya dan bukan mengembangkannya seperti yang dilakukan oleh pemilik growth mindset. Selain itu, bakat yang dimilikinya sangat dipercaya dapat menciptakan kesuksesan meskipun tanpa melakukan usaha apa pun. Dari penjelasan di atas diketahui bahwa perbedaan growth mindset dan fixed mindset sangatlah mencolok dan mempengaruhi caranya memandang bakat. Manfaat Growth Mindset Menurut CareerOne, setidaknya ada 5 manfaat yang bisa kamu dapatkan jika memiliki growth mindset. Di antaranya adalah sebagai berikut. 1. Meningkatkan kepercayaan diri Setiap orang pasti memiliki kelemahannya masing-masing. Banyak dari mereka yang justru menjadi insecure dengan kelemahannya. Orang dengan growth mindset justru tetap akan percaya diri karena ia mau berusaha memperbaiki kelemahannya tersebut. 2. Belajar skill baru Saat melamar pekerjaan, ada kemungkinan bahwa kamu tidak 100% memiliki skill yang dibutuhkan. Namun, recruiter tetap akan tertarik padamu jika kamu memiliki growth mindset. Mengapa? Mindset inilah yang bisa membuatmu terbuka untuk belajar hal baru. Hal ini memiliki arti bahwa orang dengan growth mindset tidak merasa puas dengan ilmu yang dimilikinya. 3. Mau menerima tantangan Tak hanya di dunia kerja, kamu pasti menemukan tantangan baru di mana pun kamu berada. Tantangan ini yang bisa membuatmu jadi lebih baik, secara personal maupun profesional. Fixed mindset hanya akan menghambatmu untuk berkembang. 4. Mendapatkan kesempatan baru Manfaat growth mindset selanjutnya adalah kemudahan untuk mendapat kesempatan baru. Seiring kamu memperbaiki diri secara terus-menerus, opprtunity akan datang dengan sendirinya. Siapa pun akan tertarik untuk bekerja sama dengan orang yang selalu terbuka untuk memperbaiki diri dan belajar hal baru. 5. Mudah menerima feedback Feedback adalah hal yang sangat berguna untuk membantu kamu belajar dari kesalahan. Terkadang, kita tidak menyadari kekurangan atau bahkan kelebihan kita sendiri. Artinya, kalau kamu memiliki growth mindset, kamu akan melihat feedback sebagai kesempatan untuk belajar. Bukan untuk menyerang atau mengungkit keselahanmu. Kesalahpahaman Umum Mengenai Growth Mindset © Lewat Harvard Business Review, Carol Dweck pernah menuliskan beberapa kesalahpahaman yang sering terjadi dalam memandang growth mindset. Berikut ini penjelasannya 1. Saya selalu memiliki growth mindset dan akan selalu memilikinya Kalimat di atas sering diucapkan seseorang yang merasa memiliki growth mindset. Sayangnya, masih banyak yang kebingungan dengan perbedaan growth mindset dan berpikiran terbuka. Menurut Dweck, tidak ada seorang pun yang memiliki growth mindset yang “alami” karena semua orang memiliki campuran dari growth dan fixed mindset. Namun, jika pola pikir berkembang lebih besar, akan membuatnya memiliki growth mindset. Begitu juga sebaliknya, jika pola pikirnya lebih cenderung tetap dan tidak menyukai perubahan, akan lebih memiliki fixed mindset. 2. Growth mindset hanya tentang memuji dan penghargaan pada usaha yang dilakukan Growth mindset adalah pola pikir yang membuat kita ingin selalu mengembangkan diri dan memiliki berbagai keterampilan baru. Jadi, saat dikatakan bahwa growth mindset adalah sarana untuk memuji dan memberikan penghargaan atas usaha yang telah dilakukan tentunya sangat salah. Memiliki growth mindset akan membuat kita selalu produktif untuk belajar hal baru. Setiap proses pembelajaran mulai dari mencari bantuan dari orang lain atau bahkan mengalami kegagalan merupakan proses yang akan selalu dihargai. Jadi dalam studi yang dilakukan Dweck, growth mindset tidak hanya upaya memberikan penghargaan pada usaha yang dikeluarkan saja, tapi juga menghargai setiap proses pembelajarannya. 3. Hanya dengan mendukung growth mindset, maka semua akan menjadi lebih baik Saat ini sudah banyak sekali perusahaan yang mendukung agar karyawannya memiliki growth mindset. Namun, jika hanya mendukung saja tanpa tahu konsekuensinya, maka bisa disebut jika itu hanya basa-basi saja. Perusahaan yang mendukung karyawannya memiliki growth mindset tentunya akan paham dengan risiko kegagalan. Pasalnya, dalam proses belajar dan pengembangan diri, kegagalan adalah hal yang pasti terjadi. Jadi, misalnya perusahaan mengaku mendukung karyawan memiliki growth mindset tapi melarang mereka berbuat salah dan hanya meminta kesuksesan, itu hanyalah omong kosong belaka. Jika memang ingin memiliki karyawan yang selalu tumbuh, maka kompetisi tidak sehat di antara karyawan harus dihapuskan. Selain itu, kolaborasi karyawan juga harus selalu didukung agar mereka bisa mengembangkan diri dengan lebih mudah. Cara Melatih Growth Mindset Berikut ini adalah beberapa cara untuk melatih growth mindset sebagaimana dilansir dari Psychology Today 1. Perhatikan pikiran dan ucapanmu Langkah pertama dalam melatih growth mindset adalah berhati-hati dengan pikiran dan ucapanmu. Keduanya adalah hal yang sangat berpengaruh untukmu. Jika ucapan dan pikiranmu negatif, maka hasilnya pun bisa negatif. Gantilah pikiran dan ucapan negatif menjadi sugesti positif untuk melatih growth mindset. 2. Jadilah realistis Terkadang, kita menentukan standar yang tidak realistis untuk diri sendiri. Standar seperti ini bisa mempersulitmu untuk berkembang, termasuk menerapkan growth mindset. Coba turunkan standarmu dan lebih realistis bahwa setiap orang pasti melakukan kesalahan dan membutuhkan waktu yang berbeda untuk mencapai sesuatu. 3. Hadapi tantangan yang datang Untuk bisa mempraktikkan growth mindset secara langsung, kamu harus siap menghadapi tantangan apapun yang datang kepadamu dengan penuh keberanian. Jika kamu mulai merasa takut, segera berusaha alihkan pikiranmu menjadi lebih positif. Kamu adalah satu-satunya orang yang bisa mengendalikan pikiranmu dan memutuskan apa yang harus dilakukan. 4. Berhenti cari validasi Validasi eksternal juga bisa menghalangimu untuk berkembang, lho. Yang kamu butuhkan hanyalah approval dari diri sendiri. Growth mindset adalah hal yang berkaitan erat dengan pikiran. Self-acceptance bisa bantu kamu untuk selalu berpikir positif dan percaya bahwa kamu bisa menjadi lebih baik. 5. Isi mindset assessment Nah, jika kamu memerlukan cara yang practical, kamu bisa temukan berbagai mindset assessment tools untuk bantu kamu mengevaluasi pengembangan dirimu. Salah satunya bisa kamu dapatkan di Mindset Kit. Dengan adanya panduan tersebut, semoga kamu lebih mudah untuk melatih growth mindset, ya. Contoh Penerapan Growth Mindset © Develop Good Habits memberikan beberapa contoh yang bisa kita lakukan untuk menerapkan growth mindset, berikut adalah penjelasannya. 1. Tidak ada kata terlambat untuk belajar Pemilik growth mindset tidak akan takut untuk belajar hal baru. Meskipun, mereka tidak lagi muda tapi keinginan untuk belajar tidak akan pudar. Tidak ada kata terlalu tua untuk mulai belajar sesuatu. Meskipun kemampuan otak sudah tidak lagi sama seperti saat masih muda, tapi keinginan belajar masih sangat tinggi. Jadi, buat kamu yang saat ini masih muda, jangan pernah takut untuk belajar hal baru yang bisa membantumu meningkatkan pengembangan diri demi karier yang cemerlang. 2. Tidak apa mengalami kegagalan Kegagalan memang akan membuat kita merasakan banyak emosi negatif mulai dari sedih, marah, dan kecewa. Akan tetapi, bagi pemilik growth mindset hal itu bukanlah akhir dunia. Pasalnya, setelah gagal pasti akan ada hal baru yang dapat dijadikan pelajaran. Jadi saat kamu mengalami kegagalan, jangan putus semangat dan jadikan hal itu sebagai pembelajaran yang akan membantumu menjadi lebih dekat dengan kesuksesan. 3. Saya selalu menghargai kritik Tidak semua orang mampu menerima kritikan. Mereka yang merasa bahwa kritik adalah ucapan untuk menyerang dirinya merupakan orang dengan fixed mindset. Kritik yang membangun sangatlah penting untuk membantu kita menjadi lebih baik. Jadi, saat hasil kerjamu mendapatkan kritikan yang membangun, cobalah terima dengan lapang dada. Kemudian, dari kritikan tersebut carilah hal yang bisa membuatmu menjadi lebih baik. Jangan selalu berpikir bahwa kritik adalah hal yang buruk bagimu. 4. Saya bisa semakin mahir dalam suatu hal jika mencobanya Seseorang yang memiliki growth mindset percaya bahwa ia bisa semakin mahir melakukan sesuatu jika terus mencobanya. Sehingga, jika kamu merasa belum mahir melakukan suatu hal jangan menyerah terlebih dahulu. Percayalah bahwa kamu akan semakin baik melakukan suatu hal jika terus berusaha mencobanya. 5. Saya belajar dari orang lain yang telah sukses Salah satu contoh dari penerapan growth mindset adalah belajar dari orang lain yang telah sukses. Dengan begitu, kamu bisa mendapatkan skills atau pengetahuan baru yang mungkin belum dimiliki sebelumnya. Sehingga, kamu bisa berkembang menjadi lebih baik lagi sebagai seorang manusia. Hal tersebut tentu lebih baik ketimbang merasa iri terhadap pencapaian orang lain yang telah sukses. 6. Tantangan ini menjadi kesempatan baik bagi saya untuk belajar Tantangan adalah hal yang akan terus kita temukan dalam hidup. Namun terkadang, ada rasa takut yang menghantui ketika harus menghadapinya. Tetapi, seseorang yang memiliki growth mindset tidak akan mendengarkan rasa takutnya. Justru, ia akan langsung menghadapinya. Hal ini karena ia percaya bahwa tantangan merupakan kesempatan yang baik untuk belajar. 7. Saya percaya pada diri sendiri Memiliki rasa percaya diri adalah salah satu contoh dari penerapan growth mindset. Sehingga, ia tidak akan merasa minder ketika dihadapkan oleh beragam masalah atau tantangan dalam hidupnya. Hal ini karena seseorang dengan growth mindset percaya bahwa dirinya bisa menghadapi dan menyelesaikan masalah atau tantangannya. Growth mindset adalah pola pikir yang sebaiknya dimiliki oleh siapa pun. Pasalnya, dengan pola pikir ini kita akan mau selalu berusaha untuk bekerja keras dan menjadi lebih baik. Selain artikel ini, di Glints Blog, kamu bisa temukan banyak sekali pembahasan lain tentang skill penting di dunia kerja. Mulai dari hard skill hingga soft skill penting di kantor, semuanya ada di sini! Yuk, jangan ketinggalan tips dan insights terkini dengan baca artikel terbaru di sini! Fixed Mindset vs. Growth Mindset What’s the Difference and Why Does It Matter? GROWTH MINDSET What Having a “Growth Mindset” Actually Means 20 Growth Mindset Examples to Change Your Beliefs
RENUNGAN INSPIRASI Di usia 11 tahun, Warren Buffet memiliki mindset bahwa suatu hari ia akan menjadi kaya raya. Menurutnya, menjadi kaya dimulai dari mindset. "Saya selalu yakin bahwa saya akan kaya, dan tak pernah meragukannya walau semenit pun." Ia benar-benar menjadi salah satu orang terkaya dunia. Mindset atau pola pikir mengambil peranan besar bagi manusia dalam menjalani setiap detail kehidupan. Itu karena mindset sangat mempengaruhi cara kita melihat atau memandang, menilai, memaknai, dan menindaklanjuti sesuatu mulai dari kebiasaan dan perilaku sehari-hari hingga rasa puas dalam hidup. David J. Schwartz, seorang profesor pemasaran yang juga penulis buku "The Magic of Thinking Big", mengatakan bahwa syarat mutlak menciptakan perubahan dan kualitas dalam hidup adalah dengan mengubah mindset terlebih dahulu. Kekristenan melalui beberapa ayat di dalam Alkitab mendorong setiap orang percaya untuk memiliki mindset yang positif. Memiliki mindset yang positif berarti senantiasa berpikir dan berharap bahwa hal-hal baik pasti terjadi. Isi pikiran itu adalah semua hal yang benar, yang mulia, adil, suci, manis, sedap didengar, terhormat dan hal-hal yang patut dipuji. Tentunya untuk memiliki mindset demikian kita perlu melatihnya. Latihlah diri kita dengan senantiasa merenungkan Taurat Tuhan siang dan malam. Selain itu kita juga perlu melatih mindset kita dengan cara mengembangkan growth mindset, yaitu percaya bahwa kemampuan/bakat yang dimiliki selalu dapat ditumbuhkembangkan. Beberapa cara mengembangkannya adalah dengan bersikap open minded terhadap kritik, tidak mudah tersinggung, menghargai sebuah proses, mengerti bahwa kegagalan adalah bagian dari keberhasilan, mau terus belajar, dan menjalani sebuah tantangan sebagai peluang. Ingat, hal ini harus menjadi mindset pola pikir yang artinya tidak hanya muncul saat keadaan sesuai harapan saja, justru mindset yang positif akan bekerja lebih efektif ketika keadaan tak sesuai harapan, sebab "Jika engkau tawar hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatanmu" Amsal 2410. Dengan begitu, kita dapat mengalahkan segala batasan-batasan yang ada, entah itu batasan kesuksesan, batasan modal, batasan kemampuan, skill, dan banyak lainnya. Sekarang kita mengerti mengapa banyak orang sukses mengatakan bahwa mindset adalah dasar utama dalam mencapai keberhasilan. Once your mindset changes, everything on the outside will change along with it. [LS] REFLEKSI DIRI 1. Mindset apa yang tertanam dalam diri Anda saat ini? Sudahkah pola pikir Anda diisi dengan semua hal yang benar, yang mulia, adil, suci, manis, sedap didengar, terhormat dan hal-hal yang patut dipuji? 2. Ceritakan pengalaman Anda ketika Anda memiliki mindset yang positif! POKOK DOA Tuhan, terima kasih telah menganugerahkan kekuatan pikiran kepadaku. Sekarang aku mengerti bahwa mindsetku benar-benar berpengaruh pada tindakan dan keadaanku. Aku mau pikiranku diubahkan agar hidupku pun berubah. Aku mau melatihnya dengan merenungkan Tauratmu, dan melakukan tindakan yang sesuai dengannya. Di dalam nama Yesus, Haleluya. Amin. YANG HARUS DILAKUKAN Change your mindset! Mindset Anda haruslah semua hal yang benar, yang mulia, adil, suci, manis, sedap didengar, terhormat dan hal-hal yang patut dipuji. HIKMAT HARI INIPikiran itu seperti otot. Semakin sering Anda melatihnya, maka tindakan Anda akan berpadanan dengan pikiran itu.
Great learning experiences have the power to change how we think about ourselves, our relationships with others, and our role in the world. At Opportunity Education, we strive to create experiences that promote student agency and active, skills-forward learning. Often this requires both students and teachers to shift mindsets, or self-perceptions. One’s mindset about their role in learning can profoundly affect learning, skill development, relationships, achievement in school, and success in other areas of life Dweck, 2008. There are two kinds of mindsets we focus on growth mindset and outward mindset. A person with a growth mindset believes that they are always capable of learning and improving, and that intelligence is not static. Unlike someone with a fixed mindset, they see effort as the key to their success and work hard to improve and learn Dweck, 2008. A person with a growth mindset does not get discouraged when they receive feedback, nor do they take feedback personally. For them, challenges are opportunities. Practicing an outward mindset can be powerful too Arbinger Institute, 2016. Someone with an outward mindset frequently asks about other people in their lives Why is this person responding this way? What do they need to be successful? What can I do to help them be successful? This is in direct opposition to thinking inwardly about one’s own needs and problems. Having an outward mindset is helpful when working with others, empathizing, responding to group needs, and leading effectively. Having an outward mindset is not about being nice or dropping everything to help others; it involves thinking about other people and their needs, even if you are not in a position to help. This perspective will help you improve your own attitude and the ways in which you collaborate to achieve shared goals. These mindsets might remind you of Opportunity Education’s skills and habits, and that is not by coincidence. The Learning Skills and Essential Habits incorporate these mindsets. For example, Learn from Setbacks relates to growth mindset—believing you can improve and taking actions to do so, tackling setbacks or challenges head on, and receiving feedback well. Communicate Openly, Take a Position, and Collaborate require an outward mindset—understanding other people’s perspectives and circumstances, empathizing, and helping others. As role models, you can help young people develop these mindsets. An important first step is talking to students and children about these mindsets, and making them aware of their own thinking. Here are a few strategies for developing an outward mindset Ask others what they need and how you can help them. When frustrated with some else’s actions, ask yourself why they might be acting that way. Be present and listen to others. Focus on what you can give, rather than what you can get, from a person or situation. Here are some ways to model a growth mindset Share your own personal learning goals, as well as what you are working on, in order to improve. Also help others identify challenging, yet realistic, goals and the strategies for reaching those goals. Be transparent about mistakes and setbacks. Identify what actions you took to address the situations. Verbalize positive thinking. Instead of saying, “I’m not good at this,” say something like, “This is really hard for me. I need to keep working on it.” Repeat these thoughts out loud to model positive self-talk. Recognize and celebrate effort and hard work, not just success. Try new things! Show others you are not afraid of challenges and uncertainties, and that you see them as opportunities to learn. Dweck, Carol S. 2008 Mindset The New Psychology of Success New York Ballantine Books. The Arbinger Institute 2016. Outward Mindset Seeing Beyond Ourselves. Oakland Berrett-Koehler Publishers.
Pengertian Mindset – Anak muda sering kali diminta untuk memperbaiki mindset atau pola pikir agar sukses di masa depannya. Selama ini yang kita tahu, pola pikir atau mindset ialah tentang apa yang kita yakini. Tapi, apakah hal ini benar-benar akan memengaruhi sukses atau tidaknya diri kita? Memang, keyakinan mendapat peran penting dalam menentukan apa yang kita mau dan apakah kita akan mencapainya. Namun, apa itu mindset sebenarnya dan seberapa dalam keberadaannya memengaruhi kesuksesan kita? Pengertian MindsetMenurut LiteraturMengapa Mindset Penting?Macam-Macam Mindset1. Positive Mindset2. Entrepreneurial Mindset3. Scarcity Mindset4. Abundance MindsetCara Mengembangkan Growth Mindset1. Cerminkan Diri2. Temukan Tujuan3. Temukan Tantangan4. Tumbuhkan Semangat5. Catat Tujuan6. Ubah Sikap7. Mintalah Feedback yang Membangun8. Latih Diri9. Hargai Perjalanan KitaKesimpulan Grameds, rupanya mindset sangat penting untuk masa kini dan masa depan kita. Namun, Kita tentu harus mengetahui artinya dulu sebelum mengimplementasikannya dalam kehidupan. Apa itu mindset? Pola pikir ini adalah berbagai keyakinan yang menyatu dan akhirnya membentuk cara kita memahami sesuatu, dunia, dan diri sendiri. Dengan definisi ini, masuk akal jika mindset pada akhirnya akan mempengaruhi cara pikir, perasaan, dan perilaku kita dalam berbagai situasi. Secara sadar, kita memang selalu bertindak sesuai apa yang kita pahami, bukan? Mindset didefinisikan sebagai seperangkat sikap atau keyakinan yang kita pegang. Pola pikir ini akan mempengaruhi persepsi kita dan bagaimana kita hidup di dunia. Meski kita memiliki satu mindset keseluruhan, ini dapat terdiri dari berbagai pola pikir yang lebih kecil. Beberapa di antara mindset kecil itu mungkin membantu kita meningkatkan kesejahteraan dan kesuksesan. Sementara itu, mindset lainnya justru menghalangi kemampuan kita untuk melakukannya. Oleh karena itu, mengembangkan pola pikir tertentu bisa sangat membantu kita mencapai tujuan, menikmati hidup, dan menjadi lebih sukses. Menurut Literatur Terdapat berbagai bacaan yang mendefinisikan mindset. Berikut beberapa di antaranya! Menurut dalam buku Mindset Revolution Optimalisasi Potensi Otak Tanpa Batas 201438 menjelaskan mengenai definisi mindset. “Pola pikir—juga dikenal dengan istilah mindset—adalah cara otak dan akal menerima, memproses, menganalisis, mempersepsi, dan membuat kesimpulan terhadap informasi yang masuk melalui indra kita. Pola pikir itu bekerja bagaikan ramalan bintang di kepala kita. Sewaktu kita hanyut dalam samudra informasi maka pikiran mencari arah dengan berpegangan pada pola pikir yang sudah terbentuk sebelumnya. Pola pikir itu untuk menjaga pikiran agar tetap berada pada jalur yang sudah menjadi keyakinan kita dan mendukung pencapaian tujuan yang menjadi pilihan kita.” Sedangkan dalam buku Mindset Revolution for Smart Teen karya Fani Kartikasari 200911 disebutkan bahwa “mindset adalah pola pikir yang akan menentukan tindakan. Tindakan ini akan mengantarkan kita makin mendekat atau justru menjauh dari impian dan cita-cita kita. Jadi, penting sekali bagi kita untuk memiliki mindset sang bintang’, yang akan mengantarkan kita menjadi bintang yang sesungguhnya!” Mengapa Mindset Penting? Mindset alias pola pikir acapkali dianggap sebagai faktor terpenting yang akan mempengaruhi kehidupan kita. Pasalnya, hal-hal yang menjadi mindset atau yang selalu kita pikirkan dari waktu ke waktu akan memberi dampak langsung pada sifat dan sikap kita, bukan sebaliknya. Oleh sebab itulah, penting untuk mengetahui seberapa penting mindset dengan benar. Hal yang tampaknya kecil bisa membuat perbedaan besar, mindset menyumbang perbedaan utama antara mereka yang berhasil dan mereka yang tidak. Jadi, jika serius ingin mencapai kesuksesan di setiap bidang kehidupan, kita harus belajar untuk menguasai bidang tersebut dan menetapkan mindset yang tepat. Berikut alasan utama pentingnya mindset dalam hidup Mengembangkan harga diri yang sehat Merumuskan perspektif seorang pemenang Memanfaatkan dorongan diri Membantu menghadapi kesulitan dengan cara tertentu Mencapai tujuan yang mendasarinya Macam-Macam Mindset Jenis mindset yang paling populer saat ini ada dua fixed mindset dan growth mindset mindset tetap dan berkembang. Saat memiliki mindset tetap, kita yakin bahwa semua kemampuan yang kita punyai adalah sifat yang dasar dan tetap sehingga tak bisa diubah. Pola pikir seperti ini juga mengarah pada keyakinan bahwa kita tak perlu berusaha karena kecerdasan saat ini cukup untuk membantu menjadi sukses. Sementara itu, memiliki mindset berkembang atau growth mindset berarti kita percaya bahwa usaha dan ketekunan dapat mengubah diri dan kemampuan. Umumnya, orang yang mempunyai pola pikir ini tak langsung percaya bahwa semua orang bisa menjadi orang jenius seperti Einstein atau Mozart. Diperlukan usaha dan ketekunan untuk mendapatkannya. Inilah contoh perbedaan mindset tetap dan berkembang Fixed Mindset Growth Mindset Entahlah apakah aku pandai atau tidak. Kalau tidak pun, ya sudah. Aku bisa belajar melakukan apapun yang kuinginkan. Itulah aku. Aku dan siapa pun tidak bisa mengubahnya lagi. Aku adalah orang yang terus berkembang dalam proses. Kalau kamu harus bekerja keras, kamu sebenarnya tidak punya kemampuan. Semakin kamu menantang diri sendiri, semakin pintar kamu. Kalau aku tidak mencoba, maka aku tidak akan gagal. Aku hanya gagal ketika berhenti mencoba. Posisi pekerjaan itu benar-benar di luar kemampuanku. Posisi pekerjaan itu terlihat menantang. Aku akan mencoba melamar. Selain fixed mindset dan growth mindset, sebenarnya masih ada berbagai macam mindset yang perlu kita pelajari. Apa sajakah itu? 1. Positive Mindset Lewat namanya, kita bisa langsung tahu bahwa mindset seperti ini berarti pola pikir yang fokus pada hal-hal positif atau baik alih-alih memikirkan hal negatif. Orang yang memiliki mindset ini bisa memakai strategi seperti bersyukur, introspeksi, dan menemukan hal-hal baik yang bisa meningkatkan emosi positif mereka. Grameds, sikap seperti ini biasanya cenderung optimis dan mengharapkan yang terbaik. Tentu saja hal ini bagus untuk kesejahteraan dan kesuksesan diri. Sebab, membangun dan memperluas emosi positif bisa mengarahkan kita pada kesuksesan dalam kehidupan profesional maupun hubungan sosial. 2. Entrepreneurial Mindset Entrepreneurial Mindset diartikan secara gamblang sebagai pola pikir kewirausahaan. Ini sangat membantu bagi mereka yang ingin menjadi wirausahawan, tetapi juga merupakan pola pikir yang sangat berguna bagi kita semua di dunia modern. Sebab, kehidupan modern sering mengalami perubahan yang hampir konstan. Tentunya, jenis keterampilan yang dibutuhkan untuk kewirausahaan adalah keterampilan yang paling berguna dalam beradaptasi dan mengatasi perubahan yang cepat dan ketidakpastian. Itu sebabnya pola pikir kewirausahaan adalah pola pikir yang penting untuk dikembangkan. Menurut buku tentang pola pikir kewirausahaan Gold & Rodriguez, 2018, pola pikir ini terdiri dari beberapa keterampilan penting termasuk Tidak merasa aneh dengan adanya risiko Kreatif & inovatif Berpikir kritis & dapat memecahkan masalah Inisiatif & mandiri Punya kemampuan komunikasi dan kolaborasi Berorientasi pada masa depan Mengakui adanya peluang Fleksibel & punya kemampuan beradaptasi Keterampilan ini dianggap membantu kesuksesan akademis dan karir. Tentu saja, ini adalah rentang keterampilan yang luas dan kemungkinan besar tidak ada orang yang memiliki tingkat tinggi dari semuanya. Karena itu, mengembangkan keterampilan yang menjadi kelemahan kita mungkinlah yang paling bermanfaat. 3. Scarcity Mindset Tampaknya, ide pola pikir ini muncul sebagai pola pikir kelangkaan, yang merupakan pengalaman yang ditemukan umum di antara mereka yang hidup dalam kemiskinan. Pola pikir kelangkaan adalah keyakinan bahwa sesuatu tidak akan pernah cukup. Itu muncul sebagai akibat dari pengalaman masa lalu atau saat ini ketika tidak ada sesuatu yang cukup. Para peneliti percaya bahwa kelangkaan mengubah cara orang mengalokasikan perhatian. Misalnya, ketika uang mulai menipis, setiap tagihan yang datang ke rumah tampak lebih mendesak dan mengancam. Hal ini bisa terjadi karena manusia memang dirancang untuk lebih memperhatikan ancaman dan hal-hal negatif daripada hal-hal positif. Seperti yang kita tahu, kekurangan uang dapat menghabiskan banyak sumber daya mental orang. Singkatnya, memiliki lebih sedikit suatu hal menimbulkan fokus yang lebih besar pada hal itu Shah, Mullainathan, & Shafir, 2012. Sebenarnya, pola pikir scarcity atau kelangkaan ini mengubah cara kita membuat keputusan dan memecahkan masalah. Saat begitu fokus pada kekurangan di masa sekarang, kita bisa gagal mengalokasikan perhatian untuk jangka panjang. Akibatnya, kita membuat keputusan yang terlalu memprioritaskan kebutuhan mendesak dengan mengorbankan kebutuhan jangka panjang. Akhirnya, kita terjebak dalam siklus pemikiran jangka pendek ini sehingga dalam rencana jangka panjang, kita menjadi lebih buruk. Meskipun penelitian tentang scarcity mindset adalah seputar kemiskinan, tidak ada alasan bahwa hal ini tidak berlaku untuk area lain dalam kehidupan. Jika kita kekurangan kebutuhan dasar lainnya seperti keamanan, kesehatan, cinta, harga diri, kebebasan, atau rasa hormat, kita mungkin terlalu fokus pada kebutuhan yang tidak terpenuhi, dan kita mungkin kurang fokus untuk memastikan kebutuhan lain terpenuhi di masa depan. Beberapa penelitian bahkan menunjukkan bahwa kelangkaan waktu menghasilkan pola pikir scarcity. Jika kita benar-benar sibuk, kita memenuhi kebutuhan mendesak dengan mengorbankan waktu untuk jangka panjang. Lebih khusus lagi, kesibukan menghasilkan mentalitas krisis yang mengarahkan orang untuk menyelesaikan krisis saat ini sementara gagal mencegah krisis di masa depan. Serba salah, bukan? Jadi, secara keseluruhan, pola pikir kelangkaan terus berfokus pada bagaimana memiliki masa depan yang lebih baik. 4. Abundance Mindset Pola pikir kelimpahan atau abundance mindset adalah kebalikan dari scarcity mindset. Ini dapat membantu ketika kita tidak lagi berada dalam situasi krisis. Semakin banyak krisis yang kita alami, semakin otak kita bisa terjebak berpikir dengan cara yang telah melindungi kita di masa lalu, bahkan jika pola pikir ini tidak lagi menguntungkan kita. Contohnya, tidak ada gunanya jika kita tidak lagi berada dalam kemiskinan namun masih terus-menerus khawatir tentang membayar tagihan. Tidak ada gunanya jika kita telah menemukan pasangan yang baik dan masih khawatir mereka tidak mencintai kita. Ini tidak membantu jika kita telah kehidupan yang lebih ringan dan masih fokus pada mengurusi krisis daripada perencanaan untuk jangka panjang. Inilah saat-saat ketika pola pikir kelimpahan atau merasa cukup diperlukan. Ketika telah berhasil mengatasi tantangan dan tekanan, berulah kita belajar bahwa strategi scarcity mindset berhasil. Namun, jika kita berada dalam konteks stres yang lebih rendah, strategi yang sama cenderung tidak menjadi yang terbaik. Kita perlu menyadari bahwa kita aman dan kebutuhan kita terpenuhi sehingga dapat fokus pada masa depan dan bagaimana memastikan bahwa kebutuhan kita terus terpenuhi. Cara Mengembangkan Growth Mindset Grameds, kita sudah mengetahui macam-macam mindset yang dapat dimiliki banyak orang. Kira-kira, apa mindset yang dominan dalam dirimu? Kita tahu bahwa growth mindset sering kali digaungkan sebagai mindset yang sempurna dan harus dikembangkan. Lantas, bagaimana cara mengembangkan growth mindset? Berikut ulasannya! 1. Cerminkan Diri Luangkan waktu untuk mengakui, merenungkan, dan merangkul semua kegagalan kita. Menyadari area yang harus kita perbaiki adalah batu loncatan dalam menumbuhkan mindset berkembang. Menyembunyikan segala kekurangan kita hanya akan menghambat kemampuan untuk mencapai kesuksesan. 2. Temukan Tujuan Pola pikir berkembang yang beriringan dengan tujuan yang kuat dan tekad yang kencang akan meyakinkan kita bahwa selalu ada cara lain untuk mencapai tujuan kita. Jadi, luangkan waktu untuk merenungkan dan menemukan tujuan kita! 3. Temukan Tantangan Bagian dari mengembangkan mindset berkembang adalah menghancurkan persepsi negatif tentang sebuah tantangan. Rangkul tantangan yang ada dan lihat itu sebagai pengalaman belajar yang bermanfaat yang tidak akan kita dapatkan lagi. Elbert Hubbard pernah mencetuskan, “Kesalahan terbesar yang dapat Anda buat dalam hidup adalah terus-menerus takut Anda akan membuat kesalahan.” 4. Tumbuhkan Semangat Tabah adalah kemampuan untuk bertahan melalui rintangan untuk mencapai tujuan akhir yang berarti. Bertahanlah. Ini memberikan dorongan dari dalam diri kita untuk terus bergerak maju dan memenuhi komitmen! 5. Catat Tujuan Orang-orang dengan mindset berkembang sadar bahwa begitu satu tujuan tercapai, mereka memiliki tujuan lain yang harus dikejar. Buatlah tujuan yang jelas dan realistis berdasarkan hasrat dan tujuan. Pastikan pula untuk memberi diri kita cukup waktu untuk menaklukkan tujuan-tujuan itu secara menyeluruh. 6. Ubah Sikap Mindset tetap cenderung memendam sikap negatif, pesimistis, dan tidak bisa berbuat apa-apa. Hentikan pikiran-pikiran itu sekarang. Kekuatan berpikir positif dan optimis dapat langsung mengubah suasana hati yang tidak hanya menginspirasi kita, tetapi juga orang lain di sekitar. 7. Mintalah Feedback yang Membangun Orang dengan Growth mindset secara proaktif akan mencari feedback dari rekan kerja, teman, dan pimpinan mereka. Ini adalah kesempatan untuk menemukan pelajaran, belajar dari kesalahan, dan mengupayakan keterampilan yang akan membantu secara jangka panjang. 8. Latih Diri Aktivitas mental dan fisik adalah bagian lain dari resep growth mindset. Mediasi, jalan-jalan, atau bahkan peregangan memungkinkan kita untuk fokus pada saat ini, membaur dengan sekitar, dan membawa kejernihan pada pikiran yang mendung. 9. Hargai Perjalanan Kita Faktor penting ketika membangun mindset berkembang adalah melihat nilai dalam perjalanan. Ketika kita terpaku pada hasil, kita kehilangan momen pembelajaran berharga yang dapat meningkatkan pengembangan profesional secara keseluruhan. Seseorang dengan growth mindset melihat keindahan dalam perjuangan. Kesimpulan Memiliki growth mindset dalam diri sangat penting untuk proses berkembang’ itu sendiri. Apalagi, jika Grameds adalah anak muda yang menginginkan banyak pengalaman dalam karier atau bahkan merintis suatu usaha. Pastinya, kita harus memiliki growth mindset yang memungkinkan kita untuk mengembangkan bisnis dan diri sendiri sekaligus mindset seorang wirausahawan! Bagi Grameds yang makin tertarik untuk mengetahui tentang mindset, Gramedia memiliki berbagai buku untuk segera dibaca! Tentunya, Grameds bisa menemukan berbagai buku nonfiksi maupun fiksi lainnya di Gramedia, SahabatTanpaBatas kita semua! Penulis Sevilla Nouval Evanda Baca Juga! Memahami Pengertian IQ, EQ, dan TQ Jenis-Jenis Komunikasi Pengertian dan Contoh dari Kreatif Konsep Berpikir Sinkronik Apa Itu Optimis? Pengertian dan Karakteristik Berpikir Komputasional Kemampuan Kognitif Untuk Berpikir Konsep Berpikir Kronologis Tahapan Perkembangan Kognitif ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah." Custom log Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda Tersedia dalam platform Android dan IOS Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis Laporan statistik lengkap Aplikasi aman, praktis, dan efisien
the power of mindset artinya